DESKREPANSI AGENDA MEDIA DENGAN AGENDA PUBLIK: Studi Agenda Setting Harian Radar Madiun Terhadap Mahasiswa Jurusan Ilmu

Mr Pramono* -  Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP - Universitas Muhammadiyah Ponorogo., Indonesia

DOI : 10.24269/ars.v4i2.186

Abstrak

Ponorogo adalah salah satu kota di ujung barat Propinsi Jawa Timur yang mempunyai kesenian khas yaitu Reyog Ponorogo. Kesenian ini merupakan salah satu kekayaan kesenian nasional yang menjadi aset bangsa dalam kekayaan budaya dunia. Reyog sendiri ibaratnya sudah mendarah daging dan menyatu dalam kehidupan sosial di masyarakat Ponorogo. Hal ini tercermin dari banyaknya jumlah even yang diselenggarakan baik dalam tingkat desa, kecamatan maupun tingkat nasional. Kebanggan akan kesenian ini diwujudakan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah bangunan yang bersifat publik atau lebih tepatnya landmark yang menjadi ciri khas dan identitas kota ini. Jika kita perhatikan lebih jauh, bangunan publik berupa gerbang masuk kabupaten Ponorogo dari empat penjuru mempunyai perbedaan jika dibandingkan dengan beberapa bangunan yang mempunyai cirikhas atau yang berkaitan langsung dengan reyog itu sendiri. Begitu pula dengan beberapa gapura masuk perkampungan penduduk yang berbeda dari pusat kota. Penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung dalam setiap bangunan yang bercirikan reyog dan berusaha menemukan proses interaksi simbolik yang terjadi antar bangunan tersebut dilihat dari sudut pandang ilmu komunikasi. ”Mind, Self and Society dari Mead dalam interaksi simbolik ini merupakan teori dasar yang menjadi pegangan dalam menganalisa fenomena yang ada di Ponorogo ini. Pentingnya makna bagi perilaku manusia, pentingnya konsep mengenai diri, hubungan antara individu dengan masyarakat merupakan konsep dasar bangunan - bangunan yang mencirikan sebuah kondisi sosial masyarakat yang hadir pada jaman tersebut. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitiatif dimana data yang diambil dengan tekhnik snowball sampling. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa Kabupaten Ponorogo dibangun atas empat era yang berbeda dalam sudut pandang memaknai kesenian reyog ini sebagai identitas dan kebanggan Ponorogo sebagai kota reyog. Politik, ekonomi, pendidikan berpengaruh terhadap daya cipta, rasa, dan karsa dalam pembentukan fasilitas publik berupa tugu atau gerbang (landmark). Kondisi sosial yang dipengaruhi oleh kelompok masyarakat yang dominan turut menyumbang keragaman dalam pembentukan identitas di kota ini.

Keywords: Reyog Ponorogo, Interaksi Simbolik, Komunikasi, Fasilitas Publik.

Keywords
Reyog Ponorogo, Interaksi Simbolik, Komunikasi, Fasilitas Publik.
  1. Abdulsyani. (1992). Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Boston: Wadsworth Cengage Learning.
  2. Assegaf, 1991, Jurnalsitik Masa Kini, Rosda Bandung.
  3. Bahan-bahan Kuliah S2, Komunikasi, UNS Solo
  4. Cleary, S. (2009). Communication:A Hand – On Approach. Lansdowne: Juta and co ltd.
  5. Corps,US.
  6. Dahlan, A. (1983). Budaya Komunikasi di Indonesia : Beberapa pengamatan, Makalah yang disampaikan pada seminar/diskusi tentang budaya komunikasi dan permasalahannya di Indonesia. Jakarta: LPKN-LIPI.
  7. Griffin, E. (2012). A First Look At Communication Theory. 8th edition . New York: Mac GrawHill.
  8. Gutierrez, J. (2009). Oral Communication: A content-Based And Learning Centered Text-manual In Effective Speech Communication.Second Edition. Philipines: Katha Publishing Co, INC.
  9. Hall, E. T. (1976). Beyond Culture. new york: Doubleday.
  10. Hong, Y., & Chiu, C. (2006). Social Psycology of Culture. New York: Psycology Press.
  11. Kluckholm, C., & Kroeber, A. (2005). “Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions,” Harvard University Peabody Museum of American Archeology and Ethnology Papers. In L. A. Samovar, R. E. Porter, & E. R. McDaniel, Communication Between Cultures (p. 181). Boston: Wadsworth Cengage Learning.
  12. Moleong, L. J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
  13. Muhamad Mufid, 2006, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Kencana, Jakarta.
  14. Mulyana, D. (2008). Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
  15. Rosengren, K. E. (2000). Communication. An Introduction. London: SAGE Publication Ltd.
  16. Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2009). Communication Between Cultures.
  17. Steinberg, S. (1995). Introduction to Communication Course Book 1: The Basics. Cape Town. South Africa: Juta & co Ltd.
  18. Storti, C. (2011). Culture Matters.The Peace Corps Cross-Cultural Workbook. Peace
  19. Sugiono, 2004,______________________
  20. Sunarwinandi, I. (2000). Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia.
  21. Totok Juroto, Manajemen Penerbitan Pers, Rosda, bandung
  22. Wiryanto. (2004). pengantar ilmu komunikasi. jakarta: grasindo.
  23. Wood, J. T. (2013). Communication in Our Lives.Sixth Edition. Boston USA: Wadsworth Cengage Learning.
  24. “Kebebasan di Bawah Dominasi,”Kompas, Rabo, 20/2/2008
  25. Jurnal ISKI, Vol. VI, November, 2001
  26. Suara Muhammadiya, No. 19/Th Ke-96, 1-15 Oktober 2011.

Full Text:
Article Info
Submitted: 2016-08-05
Published: 2016-08-05
Section: Artikel
Article Statistics: